Thursday, October 14, 2010

coz it's life

Ujian akhir sudah semakin mendekat, aku baru menyadari kalau aku belum punya persiapan apapun untuk menghadapinya. Yang pertama kali terlintas dalam pikiranku hanyalah pertanyaan-pertanyaan bodoh yang aku sendiri nggak mampu menjawabnya. "Gimana kalau aku gagal?" "Gimana kalau aku nggak bisa?" "Gimana kalau semester depan aku harus membayar lagi karena kegagalanku?" "Apa yang harus kukatakan pada keluargaku kalau aku gagal?" "Apa jadinya kalau tetangga-tetanggaku tau juga?" (Kebiasaan di Pematangsiantar : satu mulut tau, satu kota juga langsung mengetahui semuanya, hingga ke ujung-ujung permasalahan.

Pertanyaan-pertanyaan macam itu yang terus berputar-putar dalam kepalaku yang mulai membotak. Aku terus membayangkan diriku gagal. Selalu begitu. Nggak pernah terlintas di pikiranku kalau aku bakal pulang dengan tawa lebar, sambil memamerkan ke semua orang kalau aku melewati semester pertama dengan nilai yang sangat tinggi. Aku nggak tau kenapa. Dan setiap malam aku juga selalu dihantui mimpi buruk kalau aku bakal gagal. Padahal kata orang, kekuatan pikiran itu sangat berpengaruh terhadap apa yang bakal terjadi. Kalau aku berpikir aku gagal, maka aku benar-benar akan gagal.

Karena itu, sebisa mungkin aku berusaha untuk mengenyahkan pikira-pikiran buruk itu dari kepalaku yang tumpul. Aku nggak akan gagal. Aku harus bisa mengembalikan kepercayaan diriku. Bukannya aku sendiri yang ingin masuk ke Universtas yang penuh tantangan ini? Nggak peduli kata orang kalau Universitas ini susah lulusnya. Aku selalu yakin pada diriku sendiri kalau aku bakal menjadi lulusan termuda dan terbaik di Monash University yang sejak lama sudah kusukai (aku ingin masuk ke sini semenjak 2 tahun yang lalu).Jadi, nggak peduli apapun yang akan terjadi, aku bakal terus berusaha. Karena inilah hidup. Tujuan hidup adalah hidup dengan tujuan. Tujuanku hanyalah membahagiakan orang tuaku dengan kemampuan yang kumiliki, bukannya malah membuat mereka malu dan kecewa berat.

Satu lagi hal yang membuatku kaget ketika aku dan beberapa temanku membicarakan tentang perasaan kami masing-masing, betapa kami rindu rumah, masakan Mama, dan masa-masa SMA yang sekarang hanya tinggal jadi kenangan. Aku kaget ketika mendengar cerita temanku kalau mereka semua menangis beberapa malam pertama kali mereka datang. Aku dan Felita memang selalu merasa sedih jauh dari rumah, tapi kami nggak pernah menangis. Entah kenapa itu membuatku agak bangga. Aku merasa kalau aku ternyata lebih kuat dari teman-temanku. Itu juga membuatku termotivasi untuk lebih kuat lagi. Aku akan berusaha semampu yang aku bisa, selama aku masih hidup di jalan yang kupilih.

Karena hidup ada untuk dihargai.

~Asa~

2 comments: