Thursday, April 28, 2011

I dunno what I should be called

They said the difference between stubborn and stupid is so thin that people could not even see where the difference is. It also made me wonder. Then, what should I be called? Am I stubborn? Am I stupid? Am I idiot?

No. I'd rather be called as persistent or hardworking. It's much better than being called as stubborn or obstinate. Or, do they really make any difference? I don't know. The words above are all synonyms. I just feel better to be called persistent. And make sure, you should not call me 'stupid', I won't like it.

Okay. Maybe you don't understand what I am talking about. I don't understand either. The point is kinda unrelated with what I am talking about above. Well, what I am trying to say is... I dunno how I should react after receiving those tragic rejections. Not only once, but many times, until I feel so tired, so sick and indeed too hurt. Yet, I am still trying. I thought of giving up. But I just can't. My brain refuses to surrender. I am too persistent I guess.

Again, I feel so tired to keep dreaming, but I just can't throw my biggest dream away. I know I can't be a writer. Maybe I don't have enough talent for it, I am just hopping too much. But still, I can't bury the dream since I know deep in my soul, the hope is still alive.

The publisher rejected my novel again. It's not the first time. It's the third time. My brother said, it's not my fault. It did not mean that I am not talented in writing, I just don't have enough connection with some important people who work inside the publishing office to have my script to be published. Then, I kept wondering, how about those writers whose scripts had been accepted and published by the publisher? Do they have a 'connection' as well?
I don't know.

Some said I am too stubborn for sending my novel to the biggest publisher in Indonesia since I am still a beginner. I should start from a very bottom first.

Well, maybe they're true. It's not I am too stubborn. I am just... such a coward. I kept thinking, the biggest publisher in Indonesia had rejected my script and I already felt so down and so depressed. If... I say if, the small publisher also rejects my novel, how should I react? Doesn't it mean I should really throw this dream away?

People said we won't know unless we try.

But I am too scared to try.

What a pity.

~Asa~

Wednesday, April 20, 2011

Time

NB: This is just a random emo post of mine. Just ignore it.

Starring at those pictures,
reminds me with those bitter-sweet memories
the past that has been faded away
as the time passed too fast
When I started to realize
I know I just can't turn back even if I really wish to
I know I just can't get it back even if I really hope so

Hiding a lie, faking a smile,
swallowing the pride and breaking the heart
Hopping for the unreal miracle to come
Wishing for something irreversible to be back
Was it what I really wonder to do?
No, I kept trying my best but I never succeeded
I was about giving up but I still could see the hope
I was crying, till no more tears left
Yet, it still seemed to be so far away

Sometimes I felt I was not giving enough
or maybe I was taking too much
Sometimes I felt the time is unlimited
so I lived someone else's life

Time... I understand that it's free
but it's priceless
I can't keep it, I only can spend it
However, once I've lost it, I know I can never get it back.
And when I can't turn back, I will regret everything in my entire life
Nope, I am not regretting about the things I've done in the past
But I am regretting about the things I haven't even done yet

Wasting the chances, and still wishing for another one
Although I know I was the thief of my own chances

Pathetic.


~Asa~

Tuesday, April 19, 2011

Tentang aku, kamu, dia dan mereka (lagi)

Jadi, aku mau bercerita tentang aku, kamu, dia dan mereka lagi. Maaf kalau aku sering menulis tentang ini, yang mungkin juga membuat kalian semua bosan sebosan-bosannya sampai-sampai kalian kepengin benar-benar berhenti membaca, menutup page ini dan merebahkan diri di kasur saking nggak menariknya. Tapi biarlah. Aku menulis karena aku kepengin. Aku menulis karena aku punya sesuatu yang nggak bisa kuungkapkan langsung, sesuatu yang juga adalah luapan perasaan yang hanya bisa kuungkapkan lewat tulisan. Selain itu, aku menulis post ini dengan bahasa Indonesia karena belakangan aku sadar kalau bahasa Indonesiaku benar-benar bagus dan mudah dimengerti =P

Oke, intinya, tentang kamu lagi. Tentang kamu dan dia. Dia yang selalu di sisimu, dia yang selalu bikin kamu lupa padaku, dia yang bikin kamu menjauh dari mereka dan dia yang bikin semuanya hancur berantakkan. Aku mau jujur padamu, aku nggak pernah membencinya, walau dia seenaknya saja masuk ke dalam kehidupanku dan kehidupanmu serta kehidupan mereka, dia yang memporak-porandakan kerja otakmu hingga kamu nggak lagi bisa berpikir jernih, dan membuatmu melupakan fakta kalau kamu masih punya aku dan mereka. Aku mencoba, keras sekali sampai aku kira aku nggak bisa mencoba lagi karena aku udah terlalu capek untuk itu. Aku selalu mencoba menerimanya di sisimu, mencoba menyukainya, mencoba menganggapnya sebagai bagian dari kamu dan mereka, karena memang sebentar lagi dia akan menjadi salah satu dari mereka. Tapi dia adalah dia dan mereka adalah mereka. Belakangan aku sadar kalau dia NGGAK AKAN pernah menjadi seperti mereka. Mungkin rasa sayangnya ke kamu melebihi rasa sayangku padamu, tapi percayalah, rasa sayangnya NGGAK lebih besar daripada rasa sayang MEREKA padamu. Karena itu aku mohon, apa pun yang terjadi di masa mendatang nanti, jangan pernah tinggalkan aku dan terutama, mereka.

Aku ingat jelas, sampai sekarang dan seterusnya aku nggak akan pernah melupakan kata-kata yang kamu ungkapkan padaku malam itu. Kamu bilang kalau aku dan mereka adalah segala-galanya buatmu. Yang lainnya urusan belakangan. Tapi akhir-akhir ini kamu bertingkah berlawanan dari kata-kata yang kamu ucapkan. Kamu merasa kalau DIA adalah segalanya buatmu sedangkan aku dan mereka hanyalah bagian terkecil yang kasatmata yang sering kamu lupakan dan sia-siakan ketika kamu sedang bersamanya. Aku nggak berani bertanya padamu, mana yang lebih penting, aku dan mereka atau dia?

Aku harap, kalau kamu masih punya hati dan matamu masih belum dibutakan oleh cinta yang belum dewasa, kamu bakal menjawab yang pertama.

Jujur, sekarang aku lebih suka kalau kamu nggak bersamanya. Karena saat kamu bersamanya, kamu menjelma menjadi a totally different person. Intinya, kamu berubah dari jenius jadi idiot. Well, seenggaknya begitu menurut pandanganku. Dengar, aku menghormati dan mengagumimu, tapi entah kenapa saat kamu bersamanya, aku kehilangan respek itu dan aku nggak lagi menganggapmu sebagai idolaku. Jangan salahkan mereka juga, kalau mereka merasakan hal yang sama denganku.

Kalau kamu merasa dia bisa memberikan kasih sayang yang selama ini kamu dambakan, datanglah padaku, atau datanglah pada mereka. Mereka bisa memberikan yang lebih buatmu. Aku mengerti kalau selama ini kamu merasa begitu kesepian dan kurang mendapatkan kasih sayang, tapi percayalah, aku dan mereka sungguh amat sangat menyayangimu, benar-benar nggak ingin kehilanganmu, dan satu orang lagi yang mencintaimu begitu dalamnya sampai orang itu rela mengorbankan nyawanya buatmu.

Jesus Christ.

Open your eyes and look around. Lihat sekelilingmu, karena kalau kamu hanya melihat pada satu titik saja, kamu nggak akan bisa menemukan apa yang kamu cari. Aku di sini, menawarkan kasih sayang itu padamu, demikian juga mereka. Jadi, kenapa kamu tega membuang aku dan mereka hanya demi dia? Dan aku mohon, lihat, dengar dan rasakan baik-baik. Apa dia orang yang selama ini kamu cari? Apa dia orang yang bisa memberikan kasih sayang yang tulus padamu? Apa dia cuman satu-satunya orang yang bisa mencintaimu sebegitu dalamnya?

Kamu harus sadar, kalau karena dia, perlahan-lahan kamu telah berbalik dan berjalan menjauh dari aku dan mereka. Kamu harus sadar kalau karena dia, kamu nggak lagi pernah menoleh ke belakang walau aku dan mereka berusaha memanggilmu sekeras yang kami bisa. Kamu harus tau kalau bukan hanya dia yang mencintaimu sampai sedalam itu. Aku dan mereka juga. Trust me.

Mungkin dia bisa mencintaimu, tapi sayang, dia nggak bisa mencintaiku juga dan mereka sebaik dia mencintaimu. Dia bisa tanpa segan-segan membenciku, melukai mereka dan membuatmu berpikiran buruk tentang aku dan mereka. Kalau hidupku, hidupmu, hidupnya dan hidup mereka adalah film layar lebar yang sedang diputar di bioskop, kamu menjadi protagonisnya, tapi aku bukan antagonisnya. Bukan juga mereka. Tapi dia-lah antagonisnya dan aku sama sekali nggak mendapat peran dalam film itu. Dia hanya ingin membuatmu melihatku dan mereka sebagai antagonisnya.

Follow your heart. I will be waiting for you right here.

Always here.

~Asa~

Monday, April 11, 2011

What a tiring day!

Hey, I was just coming back from school around 08:30 PM just now. And for your information, I had spent my time in Monash for more than 12 hours today, from 9 in the morning till 8.30 at night! WOW! I have full-scheduled classes every monday. 2 labs, 2 lectures and club activity as additional "torture". I felt so dizzy in my way back home. I was scared that I would faint on half way, but thanks God, I was fine and I am. However, I am not sure that I will be fine if I  go through these super busy activities everyday! Every monday is just too enough!

Well, I am just hopping that I won't be sick. I hate being sick.

By the way, I can't wait for the mid-sem break, since I will go back to Indonesia, to my hometown, on 22 April, 5 PM flight =D
I miss home. I miss my family, especially my mom and my sis =)

Okay, I should continue my reports and assignment now. Bye.

~Asa~

Sunday, April 3, 2011

2 April 2011

WARNING: It's gonna be a long post and I write this in Indonesian because I just want to. I'd like to share with you guys, how great God is! How amazing He is!

Tanggal 2 April 2011 itu tanggal paling bersejarah dalam kehidupanku. Hari itu adalah hari dimana aku benar-benar bertobat, mengikut Tuhan dan menjadi seorang pribadi yang baru (atau biasa disebut juga lahir baru) dan berkomitmen menjadikan-Nya panutan dalam hidupku.

Encounter Retreat yang kuikuti selama 3 hari 2 malam di Peace Heaven, Genting, ternyata nggak berakhir sia-sia. Aku bahkan sulit percaya kalau sekarang aku ada di sini, menulis blog tentang kebangkitan rohani yang aku rasakan (yang benar-benar nggak biasa dalam hidupku) dan sungguh-sungguh berkomitmen untuk membuang diriku yang lama. Oh ya, kalau kalian merasa post ini membosankan, kalian boleh klik "close window" saat ini juga daripada ujung-ujungnya kalian mengataiku lebay atau sok beriman. Tapi sesungguhnya, kalau kalian punya waktu, aku ingin kalian baca ini. Aku ingin membagikan pengalamanku pada kalian semua supaya kalian tau kalau Tuhan itu BENAR-BENAR ADA!

Sejak kecil aku percaya kalau Tuhan itu ada. Tapi, just that's it. Aku jarang berdoa, aku malas ke gereja, apalagi buka alkitab (ditambah lagi latar belakang keluarga yang sebenarnya non-kristen). Aku hanya tau TUHAN itu ADA. Tapi aku nggak pernah mau merepotkan diriku untuk benar-benar mengikutiNya, mencoba untuk melayani-Nya dan segalanya. Aku sempat bertobat di retreat SMP dulu (tapi aku nggak yakin itu benar-benar bertobat, aku cuman bilang aku mau percaya padaNya. Dan hanya itu. Titik). Dan seminggu setelah retreat itu berakhir, aku kembali pada kebiasaan manusiawiku yang buruk dan hina. Aku selalu berpikiran negatif. Aku pemarah, aku supersensitive dan aku selalu merasa kalau aku nggak pernah diinginkan tanpa ada suatu alasan yang jelas. Aku juga pemberontak. Aku melawan perkataan orangtuaku, kadang membentak mereka (mungkin sering), dan yang paling parah, aku pernah melakukan percobaan bunuh diri waktu SMA dulu, dengan cara menyayat pergelangan tangan kiriku pakai gunting, tapi ujung-ujungnya nggak jadi karena rasanya super pedih. Butuh waktu lama untuk menghilangkan bekasnya (dan ini benar-benar dosa yang paling luar biasa!).

Lalu, setelah datang ke Malaysia. Aku benar-benar merasa kosong. Aku nggak pernah beribadah, nggak pernah berusaha mencari-Nya. Aku benar-benar merasa hampa. Sungguh. Aku rindu untuk memujiNya, merasakan kehadiranNya, aku rindu pada Tuhan. Jadi aku memutuskan untuk mencari gereja yang cocok untukku di sini. Aku sempat datang ke salah satu gereja karismatik di dekat condo tempat aku tinggal, tapi belakangan aku menyadari kalau aku nggak merasa nyaman berada di dalamnya. Selain itu, lokasinya lumayan jauh, aku juga nggak mau merepotkan temanku yang setiap saat harus mengantar-jemputku (dan ibadahnya malam hari pula, kalau nggak, aku pasti memutuskan untuk jalan, karena kemungkinan besar aku bisa sekalian menurunkan berat badan =P). 

Terakhir temanku mengajakku ke FGCC (Thanks to Ryan!), yang adalah gereja-nya orang Indonesia, karena semua jemaatnya orang Indonesia dan ibadah yang dijalankan berbasis bahasa Indonesia. Pertama kali menginjakkan kakiku di sana, aku yakin kalau di sanalah tempat seharusnya aku berada. Aku merasa nyaman, benar-benar nyaman--mungkin juga itu jenis kenyamanan yang belum pernah kurasakan sebelumnya seumur hidupku. Kerinduanku pada Tuhan akhirnya terbendung juga. Sejak saat itu juga, aku jadi sering beribadah ke gereja (jaraknya juga dekat dari condo, aku bisa jalan kaki, walau kadang aku merasa malas kalau cuacanya lagi nyebelin, alias super hot). Tapi karena begitu lamanya aku jauh dari Tuhan, aku ingin sekali kembali padaNya dan mendengarkan firman-Nya, juga bernyanyi untuknya.

Bulan desember aku kembali ke Indonesia. Ke Siantar. Aku sempat ke gereja di hometown ku beberapa kali, tapi aku nggak bisa menemukan kemana perginya semangat dan kecintaanku pada Tuhan, rasa itu lenyap begitu saja (itu mungkin karena kecintaanku pada Tuhan masih belum terbentuk cukup kuat). Kemudian, aku kehilangan jati diriku lagi. Aku kehilangan identitasku lagi. Aku nggak bisa merasakan Tuhan lagi. Aku buta lagi. Dan saat-saat paling down yang kualami, sewaktu aku menggagalkan Biologiku. Aku benar-benar nggak bisa menerima kenapa aku malah gagal di subjek yang kata orang "paling gampang" (tapi menurutku itu seriosuly hard, karena aku nggak begitu suka dan pintar dalam Biologi). Dan saat itu juga aku menangis meraung-raung mempertanyakan, sebenarnya dimana Tuhan itu. Apa Tuhan benar-benar ada? Apa Tuhan benar-benar mendengarkan doaku? Apa selama ini ibadahku sia-sia? Sekali lagi aku bertanya, apa Tuhan benar-benar ada? Kenapa? Kenapa dia nggak menjawab doaku? KENAPA? Apa Tuhan nggak sayang lagi padaku? Atau jangan-jangan TUHAN itu NGGAK pernah ada?

Saat itu juga, rasanya dadaku berderak keras sekali. Aku kesakitan. Aku merasakan kepahitan yang amat sangat. Kenapa Tuhan nggak ada di sisiku di saat-saat terburukku? Apa Tuhan memang nggak ada? Apa gunanya ibadahku selama ini? Dan saat itu juga, aku kepengin menghilang dari dunia ini. Aku malu. Aku sedih. Aku kesakitan. Aku ingin pergi, pergi sejauh-jauhnya ke tempat dimana semua orang nggak mengenalku. Apalagi ketika mendengar pertanyaan semacam, "How's your result?", rasanya aku kepengin mati saat itu juga (tapi aku juga takut mati), well, intinya, aku kepengen mengecil, lalu perlahan-lahan menghilang dan dilupakan semua orang di dunia ini--seakan aku nggak pernah ada dalam kehidupan mereka. Mungkin kalian berpikir, menggagalkan satu subjek itu bukan masalah besar. Tapi bagiku, itu benar-benar BESAR! It's HUGE! Itu artinya aku menghancurkan kebanggaan orangtuaku, menghancurkan high expectation mereka, mempermalukan diriku sendiri, dan aku semakin merasa tertolak lagi, kemudian aku juga terlarut dalam pikira-pikiran negatifku, kalau orangtuaku bakal benar-benar kecewa, mereka bakal membenciku dan sebagainya. Tapi nyatanya, mereka nggak memarahiku, karena mereka tau aku benar-benar tertekan karena kegagalan itu. Dan sesungguhnya, aku berharap mereka bisa MEMAKI-MAKIKU, supaya aku bisa menangis meraung dan berhenti merasa tertekan. Aku terus-menerus menyalahkan diriku sendiri waktu itu. Aku benci, benci sekali pada diriku sendiri. Aku ingin menghilang. Aku benar-benar kepengin menghilang. Banyak teman-temanku yang berusaha menghibur, dan aku kira dengan begitu aku bakal baik-baik aja. Tapi itu bohong, aku bilang aku udah pulih. Aku bilang aku udah nggak sedih. Tapi itu bohong. Aku sama sekali nggak bisa menerima kegagalanku sendiri. Aku NGGAK BISA. Aku nggak rela. Aku marah pada diriku sendiri, dan maaf, aku marah pada Tuhan (merasa kalau Dia nggak lagi menyayangiku), dan yang parahnya aku meragukan keberadaan TUHAN!

Aku mencoba memperbaiki segalanya. Aku tau pikiran-pikiran itu salah. Aku ingin mencari Tuhan lagi. Lalu aku kembali ke gereja, memastikan kalau Tuhan itu sesungguhnya ada. Dan entah gimana ceritanya, aku kenalan sama Ela, Ci Jack, Ci Kim dan terakhir Ci Va. Mereka mengajakku ikut komsel dan di sana aku mendapatkan banyak hal. Aku kembali percaya kalau Tuhan itu ada dan Dia nggak pernah meninggalkan kita. Hanya aja, aku yang suka "angin-anginan", mendekatkan diri kalau aku sedang butuh saja. Terakhir, mereka mengajakku ke ER. Aku menerima ajakan itu karena aku sendiri kepengin lebih dekat lagi dengan Tuhan.

Btw, sebelum ke ER, aku punya satu masalah dengan temanku (yang kukira udah kutuntaskan tapi nyatanya aku masih amat sangat sakit hati karenanya). Oke, aku nggak perlu cerita masalah apa itu, karena nantinya post ini bakal jadi panjang banget. Intinya, aku bilang aku memaafkannya, tapi nyatanya aku nggak bisa melepaskan rasa sakit dan rasa benci itu dari hatiku.

Singkatnya, aku menangis hampir di tiap sesi. Bukan karena kata-kata pengkhotbahnya yang menyentuh atau apa, tapi aku hanya nggak tau kenapa aku menangis. Saat one-to-one ministering, aku menyuarakan segala hal yang ada di hatiku ke Ci Va (dia yang bertugas menjadi Helper-ku =)), dan waktu itu juga aku sadar kalau selama ini aku salah, benar-benar salah telah meragukan keberadaan Tuhan. Gimana pun juga, Tuhan itu selalu ada di sisiku, hanya aja aku yang kurang peka untuk bisa merasakan kehadiranNya. Lalu, soal keinginan "menghilang atau mati" itu adalah dosa yang sangat besar. Aku udah minta ampun sama Tuhan sejak jauh-jauh hari dan aku dihimbau untuk jangan pernah berpikir untuk menghilang lagi, karena Tuhan menciptakanku sedemikian rupa dengan sukarnya, anakNya yang rela mati di kayu salib demi menebus dosa manusia, dan dengan semena-menanya aku ingin menyia-nyiakannya. Betapa hina dan biadabnya aku, kan?

Karena itu aku minta ampun pada Tuhan. Aku berdoa dan berdoa dan menangis lagi. Puncaknya sewaktu doa pelepasan. Ci Va menyuruhku mengeluarkan semua rasa sakit itu, perangi dan jangan menyisakan sedikit pun di dalam hatiku. Secuil pun nggak ada yang boleh melekat. Aku harus bisa mengeluarkan semuanya (Itu pertama kalinya juga aku menangis seheboh itu). Aku harus didoakan berkali-kali supaya hatiku bisa plong dan kebencian itu menguap keluar. Aku juga berkomitmen kalau aku pasti bisa memaafkan dan mengampuni. Sakit hati apapun itu, aku ingin kepahitan itu lenyap, dan berganti dengan perasaan mengasihi. Dan sungguh, itu benar-benar susah. Aku sesenggukkan lagi (waktu itu Ci Va memelukku dan membelai kepalaku, aku benar-benar merasa nyaman karenanya, aku menangis sejadi-jadinya, dan sekarang aku baru sadar kalau sepertinya jaketnya pasti basah gara-gara air mataku =P). Saat itu juga lah aku merasakan kalau Tuhan ikut berada di sebelahku, membelai kepalaku, dan memelukku dengan tangannya yang hangat. Ia menjamah hatiku, membuka mataku, melepaskan rantai kebencian, ketidakrelaan yang menjuntai melilit di hatiku. Dan saat itu juga aku bertobat (kali ini sungguh-sungguh) dan lahir baru.

Nggak ada lagi Lisa yang selalu merasa tertolak. Nggak ada lagi Lisa yang pemarah, super sensitif, berpikiran negatif dan melawan orang tua. Nggak ada lagi Lisa yang selalu punya perasaan ingin menghilang atau mati aja. Semua perasaan-perasaan itu udah keluar bersama dengan kebencian amat sangat yang bersarang di dalam hatiku. Nggak ada lagi iri hati, rasa marah dan kecewa. Semuanya udah mengalir pergi karena aku yakin ada Tuhan di sisiku.

Aku berkomitmen pada Tuhan kalau aku mau mengikutNya. Aku mau dipakai olehNya. Aku mau membuang semua kebiasaan-kebiasaan lamaku dan menjadi manusia yang baru. Aku ingin melayaniNya dan mencintaiNya lebih lagi.

Manusia itu nggak sempurna dan selalu mengecewakan. Tapi Tuhan, aku yakin Tuhan nggak akan pernah meninggalkanku. Dan kata Ci Va, pasti ada sesuatu di balik rencanaNya. Aku gagal dalam Biologiku, pasti ada maksud di balik rencananya itu, hanya aja aku belum bisa menemukan maksudnya sekarang. Mungkin suatu hari nanti. Dan aku datang mengikuti ER itu bukan cuman karena kebetulan. Tapi aku percaya, Tuhan yang memanggilku dan menjamah hatiku. Aku percaya Tuhan benar-benar menyayangiku dan Ia ingin aku merengkuhnya lebih dekat lagi. Ia ingin aku berhenti mengeraskan hatiku dan datang mengikutiNya. Dan hari itu juga, aku benar-benar merasa telah menjadi orang yang baru. Lihat aja wajahku, kalian bakal sadar kalau hari ini aku lebih berseri-seri dari biasanya =D

Thanks to Ci Va, Ci Kim, Ci Jack, Ela, Caroline dan untuk semua orang yang pernah masuk ke dalam kehidupanku. Aku percaya, aku bertemu dengan kalian, bukan cuman karena kebetulan. PASTI ada rencana Tuhan di baliknya. Dan aku sangat bersyukur untuk itu. Aku bersyukur untuk segala hal. Aku masih punya keluarga yang lengkap dan harmonis. Aku punya anggota tubuh yang utuh dan sehat (walau aku agak pendek, tapi Tuhan bakal tetap menyayangiku, kok =P). THANKS GOD! I WANT TO LOVE YOU MORE AND MORE, dan jangan biarkan api ini padam. Aku mau, aku mau ya, aku mau mengikut Tuhan.

(Oh ya, aku ingin sekali memberi kesaksian pada orang-orang banyak supaya mereka percaya Tuhan dan membuka hati mereka untuk dijamah oleh Tuhan. Mungkin mid-sem break nanti aku bakal ke sekolah lamaku dan minta ijin supaya aku bisa sharing pada yang lainnya).

Sharing kali ini berakhir sampai di sini. Aku nggak yakin ada yang membacanya sampai habis, but yea, I try my best to make the shortest summary so you won't be bored when you read this =)

Oh ya, let me share satu ayat alkitab favoritku dan yang membuat hatiku benar-benar merasa tenang ketika mendengarnya. Mungkin ayat ini udah terdengar umum banget, malah entah udah berpuluh-puluh kali kalian dengar. Tapi sungguh, aku juga udah mendengar ayat ini sepuluh kali lebih dan waktu itu barulah aku merasa ayat ini benar-benar menyentuh.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Matius 11:28-30

~Asa~