Sunday, February 27, 2011

Missing Home

Dear blog, I thought I get used to this place already, but it's just not true. Years ago, I thought staying far from home could be really a brilliant-great-genius idea, since I never like when my mom started scolding me for everything. However now I realize, nothing could be more beautiful than those noises.

Pathetic, I am so lonely here. I indeed feel so lonely, although I am hanging out with my friend, having fun, watching movie and tiring myself by laughing like an idiot. I am just... I'm just feeling so sick, literally. I don't want to eat alone everyday. I hate it being alone, although I prefer doing everything alone to hanging out with bunch of idiots, but still, I hate it when I HAVE TO EAT alone.

I always eat alone at home. I knew it. But it's still better than eating alone at places you don't really familiar to.

I remember, there was no family dinner. Father was always hanging out with his wicked friends, going for karaoke, enjoying the whatever parties, and he never had time for me. Never. Until that day, my last day in Siantar, finally in my lifetime, I felt so... so happy. I felt really excited. Finally he sacrificed his stupid meeting with his friends just because I was asking him for dinner. I was so glad seriously.

Hey, I miss my home. I miss the sounds. The sounds of laugh, warmth, intimacy, even the scolding. I don't know, being far from home is torturing. I don't like here. I don't like this place. I want to escape, can I? I am tired, I did not do anything but I am tired. Yes, feel free to call me "pampered".

My mom only called me once since I arrived here. I waited for her call. But because of that stupid BB, she never called me. She was busy with her NEW RETARDED BLACKBERRY and her new social activity in facebook, that's why she ignored me. What a pity, huh?

Well, I will try to fix this. The feeling. If it keeps going like this, I won't be able to concentrate on my study. What I want is making my parents proud of me. Just that... simple. Okay, is it really simple?

But for now, let me repeat this: I DON'T WANT TO EAT ALONE!

~Asa~

Wednesday, February 23, 2011

...

Hey, tell me, how to let go? I really have no idea how to do it.

I've already been so sick of it.

The feeling.

Tuesday, February 22, 2011

First time experience

Thanks God I could sleep last night. Two days ago I was suffering from heavy insomnia. I only slept for about err... 2 hours? Yea, it always happens when I stay far from home. Does it call homesick?

By the way, I have a great story to tell you. It's about my experience in KLIA. It's seriously an epic experience, you won't even believe it.

I went to Malaysia with my friend. She used to study in VU but this semester she moved to Monash University. That's why she would be picked up by Monash officers. First time I thought, we would use taxi to go back to Sunway. But then she told me that she would be picked up. It's 6 pm, we arrived at the airport. I was really anxious, since it's dangerous to take a taxi alone at night. After asking for the permission, she said it's okay for me to join the car (Monash's car).

Then we waited. The person who picked up my friend should have been there when we arrived. But after waiting for 30 minutes we still could not find him. My friend decided to call him, and he said he's still picking up somebody else at different airport. He asked us to wait.

We've been waiting for half an hour. I could not stand it. I asked my friend to call the officer again. And guess what happened! The person who was supposed to pick us up, going home already, here come another officer who was on his way to airport. We were asked to wait again. OMG!

We arrived at 6 pm but the officer came at around 8.30. I thought everything would be ok after this. I could go home, since I was really exhausted that time. But another problem happened. The officer was dragged to the police office because he did not have a special pick-up-letter, or whatever letter, I did not really understand.

Essentially, that was the first time I entered police office in KLIA. My friend was being interviewed and so was the officer. We were scared at first. They argued there, the officer and the policeman. It took around 30 minutes, and I felt that I was in the movie, somekind of action movie. Officer, policemen (4 of them), and two of us (which were considered as victims). LOL XD

Finally, after doing interrogation, we could go home. I was terribly exhausted. I felt like my head's spinning around, I almost fainted (remember, I skipped dinner and did not even get some drink). Luckily, Caroline waited me in front of LV and helped me to bring my bag.

Caroline asked me, "I am really confused. You said you arrived at 6, but why you never reach home?"

The I told her the story. She was really astonished. LOL.

Right, that was really my first time epic experience.

(By the way, sorry if my english is not good, I make a typing error or grammar error, I type this quickly since I am really hungry right now, I NEED SOME FOOD!)

~Asa~

Friday, February 18, 2011

Untitled

God, it may sound selfish. But please, stop the time.

Bekukan waktu. Kenapa hanya air yang bisa membeku menjadi es? Kenapa waktu nggak bisa membeku?

Yes, I am selfish. I still want to stay here.

Di sini.

~Asa~

Thursday, February 17, 2011

Bye-bye Siantar =(

I will be going back in this few days. It means, tomorrow will be my last day in Siantar. I will go to Medan the day after tomorrow, since there is no airport here in my hometown. That's why I have to torture myself for around three hours to get to the airport.

It's so heavy to leave my hometown. They are actually true, there is no place like home. Although I feel sooooo bored here, there is no way that I can leave my hometown without feeling sad. I will certainly miss my parents, my brothers and my sister, even my computer, my cat, my piano and my books.

Well Siantar, see you in June. Bye.

By the way, who is willing to help me? It's 'packing time', the time I hate the most... =(

~Asa~

Monday, February 14, 2011

Dongeng Tragis dan Puisi Aneh

Aku sedang terinspirasi berat dengan yang namanya, "Hati Yang Mati" dan "Burung Nazar Hitam", makanya tadi aku menulis dongeng dan puisi dengan ide dasar di atas.

Aku nggak pintar menulis dongeng. Apalagi puisi. Biasanya aku menulis suatu cerita tentang cinta (walaupun aku jarang jatuh cinta), yang kesannya polos dan ringan (tapi kata orang-orang, romantis, aku juga nggak tau) dengan penekanan di bagian ending.

Dongengnya seperti ini, mungkin agak membosankan ya, jadi bagi yang memang suka membaca, bacalah. Tapi aku nggak menyarankan. Dan jangan mengejekku, karena dongeng ini mungkin nggak bagus dan puisinya pasti berlebihan.

Ada lagi. Aku nggak sedang patah hati. Jadi jangan kira aku sedang patah hati saat menulisnya =)

Dongeng ini tentang seorang kastria tampan yang jatuh cinta pada malaikat penari yang lincah dan gemulai dan yang wangi tubuhnya memabukkan.

Sang ksatria begitu tergila-gila pada malaikat perempuan yang rupawan itu. Ah ya, perhatikan saja. Malaikat itu cantik jelita, dengan sayap putih kemilau dan pipi yang merona merah jambu. Sang ksatria rela melakukan apa saja untuk si malaikat. Tanpa terkecuali. Ia mempertaruhkan nyawanya untuk melawan Raja Iblis, membangun tahta emas yang megah, serta merta juga mempersembahkan jantung naga gua legendaris yang ia bunuh demi pujaan hati.

Tidak hanya sampai di situ. seakan dibutakan oleh cintanya pada si malaikat, sang ksatria menciptakan taman yang dipenuhi bunga-bunga khayangan yang wanginya semerbak, yang juga siap dihuni oleh peri-peri penyanyi untuk menghibur si malaikat setiap hari. 

Malaikat memiliki sebuah permintaan. Ia minta dibangunkan menara kaca untuk melihat Bintang. Karena si malaikat begitu mengagumi Bintang dan sang ksatria begitu mencintai kekasihnya itu, ia pun menyanggupi permintaannya. Kemudian malaikat belum berpuas hati, ia meminta lagi pada ksatria dan menyuruhnya menemui Penyihir untuk menyihir agar Malam selalu di sana, sedangkan biarlah Siang pergi dan Matahari tidak lagi pernah muncul. 

Ia menemui Penyihir. Tidak gentar walaupun si Penyihir terkenal licik dan sangat jahat--dan hatinya telah membusuk. Penyihir kegelapan itu menyanggupi permintaan sang ksatria, sambil menyeringai penuh maksud dan menawarkan penukaran. Asalkan Sang Ksatria menukarkan kekayaan, keberanian, kesabaran dan akal sehatnya dengan malam-nya si Penyihir.

Tanpa pikir panjang, sang Ksatria menyetujui tawaran Penyihir. Kekayaan, keberanian, kesabaran dan akal sehatnya tidaklah terlalu penting. Apa yang ia takutkan? Ia punya sejuta cinta untuk si malaikat. Ia punya hati yang siap mencintai. Ia yakin si malaikat pasti akan tersentuh dengan ketulusan cintanya. 

Namun, naas, ternyata sang Ksatria salah. Salah besar, karena malaikat perempuan itu tidak pernah berpaling menatapnya. Malaikat itu begitu kegirangan, seakan melupakan semua pengorbanan Ksatria. ia menghabiskan sepanjang waktunya dengan menatap Bintang yang ia cintai lekat-lekat, seakan sepasang matanya telah terpaku dan tertambat pada sosok itu. Sang Ksatria telah benar-benar dilupakan.

Tanpa kekayaan, Ksatria tak lagi bisa menyenangkan hati si malaikat. Ia tak lagi bisa membelikan macam-macam perhiasan, mahkota perak maupun harpa dari emas. Tanpa keberanian, sang Ksatria tidak pernah bisa mengutarakan perasaannya pada malaikat. Tanpa kesabaran, sang Ksatria terus-menerus terbakar api kecemburuan melihat kedekatan malaikat dengan Bintang.

Dan ironis, karena kehilangan akal sehat, sang Ksatria yang tak mampu menahan kecemburuan dan kebenciannya itu, memakai pedangnya sendiri, menghunuskannya ke dada, dan membelahnya menjadi dua bagian. Agar rasa sakit yang dideranya pergi, ia mencongkel hatinya sendiri,yang memang telah luka parah karena nyaris habis terbakar, lalu menguburnya tepat di bawah menara kaca yang ia bangun untuk malaikat. 

Sang Ksatria tersenyum pahit. Kini, ia tidak lagi merasakan sakit. Mencium bau darah , satu demi satu burung-burung Nazar hitam berterbangan ke arahnya, mematuk-matuknya hingga ia mati dan kemudian memakan bangkainya.

Burung-burung Nazar hitam itu kembali terbang, berarak-arak, menghilang menyebrangi lautan.

Tragis memang. He-eh. Dan mungkin membosankan. I bet, orang yang membaca ini mungkin sudah tertidur di depan monitor atau bahkan menutup page ini karena begitu jeleknya dongeng ini. 
Biarlah. Aku kan udah bilang kalau aku nggak pintar menulis dongeng. Yang ingin kusampaikan itu pesannya: Jangan mencintai seseorang sedalam itu, sampai rela mengorbankan segala-galanya. Lihat saja sang Ksatria itu. Bodoh kan? 

Next, puisi. Aku baru beberapa kali membuat puisi. Jadi pasti masih banyak yang kurang dalam puisi ini

Mendung menangis sendu,
Riakkan air dan deru kapal yang karam,
Lantangnya ombak yang mengecup bibir pantai,
Berangsur-angsur berlalu, 
menghilang di bawah bulan separuh.

Sakit yang menyakiti, tawa yang juga meracuni,
Hatiku berdarah-darah, hancur, 
dan akhirnya lenyap,
Cinta yang datang dan cinta yang pergi,
Bahagia menghampiri, namun duka tak jua merayap pergi.

Oh, rupanya kuletakkan di sana hatiku,
Aku sudah membunuhnya dengan risau
yang lama tak mau menyingkir,
Serta merta aku tertawa dalam tangis,
dan tersenyum dalam sedih
Yang pedih hati tapi raga ikut menangis.

Mengalir, banjir dan menganak sungai,
Hujan serta air di pelupuk mata,
Lalu berarak-arak datang mendekati,
Burung-burung Nazar hitam itu.

Apa yang ingin mereka mangsa?
Apa yang hendak mereka ambil?

Ah, aku mengangguk 
dalam keingintauanku sendiri,
Ternyata hatiku yang telah lama mati.

~ASa~

Biggest Dream

I have many big dreams, but I've told you what the biggest is, right?

Sure, to be a writer. I write, write and write. I am addicted to it.

I like science. I like chemistry and doing experiments. I like reading about science. I love fiction novels, poems, lyrics and short stories. I love watching dramas. I like drawings and paintings, but I cannot really draw or paint. I love photography, but I am not good at taking picture. I just love seeing the photos. And I just think that art, music and science are MY THING, literally.

Oh yes, I am a girl with many dreams TO PROVE!

Aku baru aja membaca sebuah novel, yang judulnya, "Morning Light", karya Windhy Puspitadewi, salah satu penulis novel remaja favoritku. Novel-novelnya selalu bagus, walau dengan jalan cerita yang super simple dan sangat umum. Alurnya nggak ngebosenin walau rada terburu-buru. Tapi yang paling aku suka itu dialognya. Banyak humor-humor sinis dan bahasanya nggak terlalu "gaul", seperti "Gue" "Lo" (yang ini sih masih mending) tapi kalau sudah tahap, "Modar" "Diem" "Nyolong" "Nyumpel" "Ilang" "Sumpe" dll yang seharusnya memang nggak dipergunakan dalam penulisan novel yang baik. Menurutku ya, only my opinion, memang setiap orang menulis dengan caranya sendiri, tapi pendapatku, novel itu (emang sih novel remaja), nggak harus dipenuhi dengan bahasa-bahasa gaul yang susah dimengerti. We're not reading a diary or blog. We're reading a novel. Okay?

Dan nggak ada juga seperti:

""KRIIIIINNNGG..." Jam weker sialanku itu menjerit keras banget di kuping aku sampe-sampe aku kira kupingku bakal copot dan jatoh ke lantai...""

What were those sound effects, huh? Dan penulisannya seperti di diary saja.

Oke. Itu sebenarnya jenis tulisanku waktu SMP dan aku nggak mau ada orang yang melihat tulisanku itu lagi. Memalukan, layaknya amatiran yang baru belajar menulis saja.

Kalau blog atau diary, it's okay. Karena menulis sebenarnya nggak terikat peraturan. Kita bebas menuangkan apa saja yang ada di kepala kita.But professionally, penulisan seperti itu nggak layak dipergunakan kalau sudah akan dipublikasikan dan dijual ke seluruh Indonesia.

Well, ini cuman pendapat sepihak ya. No offense.

Lalu aku tadi menemukan satu kalimat yang isinya begini, "Menulis itu memang tidak perlu bakat kok. Menulis hanya perlu kecintaan."

Menurutku nggak sepenuhnya benar juga. Justru kamu bisa mencintainya karena kamu kebetulan berbakat dalam hal itu. Atau karena mencintainya, kamu lambat laun menemukan kalau bakatmu itu di situ.

Entah aku salah ingat atau bagaimana, tapi aku pernah dengar ada yang bilang, bakat dan talenta itu berbeda. Talenta diberikan Tuhan sejak kita lahir, sedangkan bakat dapat kita ciptakan sendiri seiring dengan kecintaan kita terhadap sesuatu. Benar ya? Atau mungkin aku yang salah menafsirkan? Aku juga agak ragu-ragu, that's why I need someone to ensure it.

By the way, talking about "Kecintaan," I dare to say that I LOVE writing more than anyone in this world. I am addicted to it. It is my brand of heroine (kalau nggak salah ini yang dikatakan Edward Cullen ke Bella Swan =D), karena itu, aku benar-benar ingin jadi penulis. Dan impian ini tumbuh semakin lama semakin besar saja.

Aku udah mengirimkan novelku yang judulnya "The Promise" ke redaksi GagasMedia dan PuspaStoria. Tapi aku nggak punya cukup keyakinan kalau karya itu bakal diterima. Redaksi itu sibuk, banyak karya yang masuk seriap harinya, dan aku yakin mereka nggak bakal membaca satu per satu dari awal sampai akhir. Padahal aku ingin mereka menilai kalau aku nggak kalah dari penulis lainnya yang udah berhasil menelurkan buku. Aku tau aku nggak kalah. Sungguh.

Aku nggak kalah.

Karena itu aku mohon, baca novel itu sampai habis. Anda bakal mengerti apa yang kusampaikan di dalamnya. Anda bakal mengerti seperti apa definisi cinta yang ingin kusampaikan di dalam sana. Anda bakal paham jelas bagaimana mencintai orang begitu dalam sampai nyaris gila. Please.

Aku punya emosi dalam novel itu. Aku meneteskan air mata di sana. Aku sempat gila membayangkan tokohnya. Aku selalu terlarut dalam imajinasiku saat itu. Karena itu... baca sampai habis, please. 

Tapi itu nggak mungkin sepertinya. Kecuali kamu udah punya nama dalam dunia tulis menulis atau kecuali kamu punya koneksi dengan editor atau sejenisnya. Jadi lagi-lagi...

Kutelan mimpiku bulat-bulat.

~ASa~

Friday, February 11, 2011

Today is a good day

Dear blog, I am so excited today. Ask me why, I will answer you happily LOL XD
I checked my hotmail just now and I found an e-mail from Gagas Media, one of a big publisher in Indonesia. I remembered I sent the first chapter of my novel to Gagas Media's blog a month ago, and I was informed that my first chapter had been posted on 1st of February.

Check it out from the link :
http://blog.gagasmedia.net/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=38&Itemid=79
The title is "The Promise".

Probably, for you it's just a simple thing. But for me, it's big. Seriously it's big. Once again, I am being motivated to send my novel to the publisher. I find my spirit. I find hope! HOLA! I am just wondering, how could that simple thing can make me smile the whole day? Hmmm...
No body comments on it yet, but I hope somebody could give me suggestions on how I could improve my writing. Most probably too, I will send my writing in this very next day.

Okay, change topic. It's been a while since the last time I blogged. I had nothing to write since my holidays are sooooo boring. I just spend my day watching television from day to night, writing a fiction novel which I don't know how long it would take to finish it, reading comics, playing internet and 'it girl' game, and thinking of useless thing. See, nothing's important right?

And time flies. Very fast. Too quick until I am scared that tomorrow when I wake up, I will find myself standing at different place, seeing different people and eating different food, other than in my hometown. I am bored with my boring holiday. Yes, I am bored to death. But I feel sad too, thinking that I have to leave my hometown soon and go back to my university's busy activities.

By the way, I've received an email from Monash. And guess, they sent me the invoice for my first sem in 2011. How much is it?  RM. 19,325! With one subject costs approximately RM 4,600. BRAVO!!! very "CHEAP" right? I almost fainted when I saw this. Awful!As I remembered, I didn't pay this much for 2010. Haiz.

PS:
I am just hopping that my Dad would not be too shocked if I showed this email to him. 

~ASa~