Monday, February 14, 2011

Biggest Dream

I have many big dreams, but I've told you what the biggest is, right?

Sure, to be a writer. I write, write and write. I am addicted to it.

I like science. I like chemistry and doing experiments. I like reading about science. I love fiction novels, poems, lyrics and short stories. I love watching dramas. I like drawings and paintings, but I cannot really draw or paint. I love photography, but I am not good at taking picture. I just love seeing the photos. And I just think that art, music and science are MY THING, literally.

Oh yes, I am a girl with many dreams TO PROVE!

Aku baru aja membaca sebuah novel, yang judulnya, "Morning Light", karya Windhy Puspitadewi, salah satu penulis novel remaja favoritku. Novel-novelnya selalu bagus, walau dengan jalan cerita yang super simple dan sangat umum. Alurnya nggak ngebosenin walau rada terburu-buru. Tapi yang paling aku suka itu dialognya. Banyak humor-humor sinis dan bahasanya nggak terlalu "gaul", seperti "Gue" "Lo" (yang ini sih masih mending) tapi kalau sudah tahap, "Modar" "Diem" "Nyolong" "Nyumpel" "Ilang" "Sumpe" dll yang seharusnya memang nggak dipergunakan dalam penulisan novel yang baik. Menurutku ya, only my opinion, memang setiap orang menulis dengan caranya sendiri, tapi pendapatku, novel itu (emang sih novel remaja), nggak harus dipenuhi dengan bahasa-bahasa gaul yang susah dimengerti. We're not reading a diary or blog. We're reading a novel. Okay?

Dan nggak ada juga seperti:

""KRIIIIINNNGG..." Jam weker sialanku itu menjerit keras banget di kuping aku sampe-sampe aku kira kupingku bakal copot dan jatoh ke lantai...""

What were those sound effects, huh? Dan penulisannya seperti di diary saja.

Oke. Itu sebenarnya jenis tulisanku waktu SMP dan aku nggak mau ada orang yang melihat tulisanku itu lagi. Memalukan, layaknya amatiran yang baru belajar menulis saja.

Kalau blog atau diary, it's okay. Karena menulis sebenarnya nggak terikat peraturan. Kita bebas menuangkan apa saja yang ada di kepala kita.But professionally, penulisan seperti itu nggak layak dipergunakan kalau sudah akan dipublikasikan dan dijual ke seluruh Indonesia.

Well, ini cuman pendapat sepihak ya. No offense.

Lalu aku tadi menemukan satu kalimat yang isinya begini, "Menulis itu memang tidak perlu bakat kok. Menulis hanya perlu kecintaan."

Menurutku nggak sepenuhnya benar juga. Justru kamu bisa mencintainya karena kamu kebetulan berbakat dalam hal itu. Atau karena mencintainya, kamu lambat laun menemukan kalau bakatmu itu di situ.

Entah aku salah ingat atau bagaimana, tapi aku pernah dengar ada yang bilang, bakat dan talenta itu berbeda. Talenta diberikan Tuhan sejak kita lahir, sedangkan bakat dapat kita ciptakan sendiri seiring dengan kecintaan kita terhadap sesuatu. Benar ya? Atau mungkin aku yang salah menafsirkan? Aku juga agak ragu-ragu, that's why I need someone to ensure it.

By the way, talking about "Kecintaan," I dare to say that I LOVE writing more than anyone in this world. I am addicted to it. It is my brand of heroine (kalau nggak salah ini yang dikatakan Edward Cullen ke Bella Swan =D), karena itu, aku benar-benar ingin jadi penulis. Dan impian ini tumbuh semakin lama semakin besar saja.

Aku udah mengirimkan novelku yang judulnya "The Promise" ke redaksi GagasMedia dan PuspaStoria. Tapi aku nggak punya cukup keyakinan kalau karya itu bakal diterima. Redaksi itu sibuk, banyak karya yang masuk seriap harinya, dan aku yakin mereka nggak bakal membaca satu per satu dari awal sampai akhir. Padahal aku ingin mereka menilai kalau aku nggak kalah dari penulis lainnya yang udah berhasil menelurkan buku. Aku tau aku nggak kalah. Sungguh.

Aku nggak kalah.

Karena itu aku mohon, baca novel itu sampai habis. Anda bakal mengerti apa yang kusampaikan di dalamnya. Anda bakal mengerti seperti apa definisi cinta yang ingin kusampaikan di dalam sana. Anda bakal paham jelas bagaimana mencintai orang begitu dalam sampai nyaris gila. Please.

Aku punya emosi dalam novel itu. Aku meneteskan air mata di sana. Aku sempat gila membayangkan tokohnya. Aku selalu terlarut dalam imajinasiku saat itu. Karena itu... baca sampai habis, please. 

Tapi itu nggak mungkin sepertinya. Kecuali kamu udah punya nama dalam dunia tulis menulis atau kecuali kamu punya koneksi dengan editor atau sejenisnya. Jadi lagi-lagi...

Kutelan mimpiku bulat-bulat.

~ASa~

No comments:

Post a Comment