Sunday, April 3, 2011

2 April 2011

WARNING: It's gonna be a long post and I write this in Indonesian because I just want to. I'd like to share with you guys, how great God is! How amazing He is!

Tanggal 2 April 2011 itu tanggal paling bersejarah dalam kehidupanku. Hari itu adalah hari dimana aku benar-benar bertobat, mengikut Tuhan dan menjadi seorang pribadi yang baru (atau biasa disebut juga lahir baru) dan berkomitmen menjadikan-Nya panutan dalam hidupku.

Encounter Retreat yang kuikuti selama 3 hari 2 malam di Peace Heaven, Genting, ternyata nggak berakhir sia-sia. Aku bahkan sulit percaya kalau sekarang aku ada di sini, menulis blog tentang kebangkitan rohani yang aku rasakan (yang benar-benar nggak biasa dalam hidupku) dan sungguh-sungguh berkomitmen untuk membuang diriku yang lama. Oh ya, kalau kalian merasa post ini membosankan, kalian boleh klik "close window" saat ini juga daripada ujung-ujungnya kalian mengataiku lebay atau sok beriman. Tapi sesungguhnya, kalau kalian punya waktu, aku ingin kalian baca ini. Aku ingin membagikan pengalamanku pada kalian semua supaya kalian tau kalau Tuhan itu BENAR-BENAR ADA!

Sejak kecil aku percaya kalau Tuhan itu ada. Tapi, just that's it. Aku jarang berdoa, aku malas ke gereja, apalagi buka alkitab (ditambah lagi latar belakang keluarga yang sebenarnya non-kristen). Aku hanya tau TUHAN itu ADA. Tapi aku nggak pernah mau merepotkan diriku untuk benar-benar mengikutiNya, mencoba untuk melayani-Nya dan segalanya. Aku sempat bertobat di retreat SMP dulu (tapi aku nggak yakin itu benar-benar bertobat, aku cuman bilang aku mau percaya padaNya. Dan hanya itu. Titik). Dan seminggu setelah retreat itu berakhir, aku kembali pada kebiasaan manusiawiku yang buruk dan hina. Aku selalu berpikiran negatif. Aku pemarah, aku supersensitive dan aku selalu merasa kalau aku nggak pernah diinginkan tanpa ada suatu alasan yang jelas. Aku juga pemberontak. Aku melawan perkataan orangtuaku, kadang membentak mereka (mungkin sering), dan yang paling parah, aku pernah melakukan percobaan bunuh diri waktu SMA dulu, dengan cara menyayat pergelangan tangan kiriku pakai gunting, tapi ujung-ujungnya nggak jadi karena rasanya super pedih. Butuh waktu lama untuk menghilangkan bekasnya (dan ini benar-benar dosa yang paling luar biasa!).

Lalu, setelah datang ke Malaysia. Aku benar-benar merasa kosong. Aku nggak pernah beribadah, nggak pernah berusaha mencari-Nya. Aku benar-benar merasa hampa. Sungguh. Aku rindu untuk memujiNya, merasakan kehadiranNya, aku rindu pada Tuhan. Jadi aku memutuskan untuk mencari gereja yang cocok untukku di sini. Aku sempat datang ke salah satu gereja karismatik di dekat condo tempat aku tinggal, tapi belakangan aku menyadari kalau aku nggak merasa nyaman berada di dalamnya. Selain itu, lokasinya lumayan jauh, aku juga nggak mau merepotkan temanku yang setiap saat harus mengantar-jemputku (dan ibadahnya malam hari pula, kalau nggak, aku pasti memutuskan untuk jalan, karena kemungkinan besar aku bisa sekalian menurunkan berat badan =P). 

Terakhir temanku mengajakku ke FGCC (Thanks to Ryan!), yang adalah gereja-nya orang Indonesia, karena semua jemaatnya orang Indonesia dan ibadah yang dijalankan berbasis bahasa Indonesia. Pertama kali menginjakkan kakiku di sana, aku yakin kalau di sanalah tempat seharusnya aku berada. Aku merasa nyaman, benar-benar nyaman--mungkin juga itu jenis kenyamanan yang belum pernah kurasakan sebelumnya seumur hidupku. Kerinduanku pada Tuhan akhirnya terbendung juga. Sejak saat itu juga, aku jadi sering beribadah ke gereja (jaraknya juga dekat dari condo, aku bisa jalan kaki, walau kadang aku merasa malas kalau cuacanya lagi nyebelin, alias super hot). Tapi karena begitu lamanya aku jauh dari Tuhan, aku ingin sekali kembali padaNya dan mendengarkan firman-Nya, juga bernyanyi untuknya.

Bulan desember aku kembali ke Indonesia. Ke Siantar. Aku sempat ke gereja di hometown ku beberapa kali, tapi aku nggak bisa menemukan kemana perginya semangat dan kecintaanku pada Tuhan, rasa itu lenyap begitu saja (itu mungkin karena kecintaanku pada Tuhan masih belum terbentuk cukup kuat). Kemudian, aku kehilangan jati diriku lagi. Aku kehilangan identitasku lagi. Aku nggak bisa merasakan Tuhan lagi. Aku buta lagi. Dan saat-saat paling down yang kualami, sewaktu aku menggagalkan Biologiku. Aku benar-benar nggak bisa menerima kenapa aku malah gagal di subjek yang kata orang "paling gampang" (tapi menurutku itu seriosuly hard, karena aku nggak begitu suka dan pintar dalam Biologi). Dan saat itu juga aku menangis meraung-raung mempertanyakan, sebenarnya dimana Tuhan itu. Apa Tuhan benar-benar ada? Apa Tuhan benar-benar mendengarkan doaku? Apa selama ini ibadahku sia-sia? Sekali lagi aku bertanya, apa Tuhan benar-benar ada? Kenapa? Kenapa dia nggak menjawab doaku? KENAPA? Apa Tuhan nggak sayang lagi padaku? Atau jangan-jangan TUHAN itu NGGAK pernah ada?

Saat itu juga, rasanya dadaku berderak keras sekali. Aku kesakitan. Aku merasakan kepahitan yang amat sangat. Kenapa Tuhan nggak ada di sisiku di saat-saat terburukku? Apa Tuhan memang nggak ada? Apa gunanya ibadahku selama ini? Dan saat itu juga, aku kepengin menghilang dari dunia ini. Aku malu. Aku sedih. Aku kesakitan. Aku ingin pergi, pergi sejauh-jauhnya ke tempat dimana semua orang nggak mengenalku. Apalagi ketika mendengar pertanyaan semacam, "How's your result?", rasanya aku kepengin mati saat itu juga (tapi aku juga takut mati), well, intinya, aku kepengen mengecil, lalu perlahan-lahan menghilang dan dilupakan semua orang di dunia ini--seakan aku nggak pernah ada dalam kehidupan mereka. Mungkin kalian berpikir, menggagalkan satu subjek itu bukan masalah besar. Tapi bagiku, itu benar-benar BESAR! It's HUGE! Itu artinya aku menghancurkan kebanggaan orangtuaku, menghancurkan high expectation mereka, mempermalukan diriku sendiri, dan aku semakin merasa tertolak lagi, kemudian aku juga terlarut dalam pikira-pikiran negatifku, kalau orangtuaku bakal benar-benar kecewa, mereka bakal membenciku dan sebagainya. Tapi nyatanya, mereka nggak memarahiku, karena mereka tau aku benar-benar tertekan karena kegagalan itu. Dan sesungguhnya, aku berharap mereka bisa MEMAKI-MAKIKU, supaya aku bisa menangis meraung dan berhenti merasa tertekan. Aku terus-menerus menyalahkan diriku sendiri waktu itu. Aku benci, benci sekali pada diriku sendiri. Aku ingin menghilang. Aku benar-benar kepengin menghilang. Banyak teman-temanku yang berusaha menghibur, dan aku kira dengan begitu aku bakal baik-baik aja. Tapi itu bohong, aku bilang aku udah pulih. Aku bilang aku udah nggak sedih. Tapi itu bohong. Aku sama sekali nggak bisa menerima kegagalanku sendiri. Aku NGGAK BISA. Aku nggak rela. Aku marah pada diriku sendiri, dan maaf, aku marah pada Tuhan (merasa kalau Dia nggak lagi menyayangiku), dan yang parahnya aku meragukan keberadaan TUHAN!

Aku mencoba memperbaiki segalanya. Aku tau pikiran-pikiran itu salah. Aku ingin mencari Tuhan lagi. Lalu aku kembali ke gereja, memastikan kalau Tuhan itu sesungguhnya ada. Dan entah gimana ceritanya, aku kenalan sama Ela, Ci Jack, Ci Kim dan terakhir Ci Va. Mereka mengajakku ikut komsel dan di sana aku mendapatkan banyak hal. Aku kembali percaya kalau Tuhan itu ada dan Dia nggak pernah meninggalkan kita. Hanya aja, aku yang suka "angin-anginan", mendekatkan diri kalau aku sedang butuh saja. Terakhir, mereka mengajakku ke ER. Aku menerima ajakan itu karena aku sendiri kepengin lebih dekat lagi dengan Tuhan.

Btw, sebelum ke ER, aku punya satu masalah dengan temanku (yang kukira udah kutuntaskan tapi nyatanya aku masih amat sangat sakit hati karenanya). Oke, aku nggak perlu cerita masalah apa itu, karena nantinya post ini bakal jadi panjang banget. Intinya, aku bilang aku memaafkannya, tapi nyatanya aku nggak bisa melepaskan rasa sakit dan rasa benci itu dari hatiku.

Singkatnya, aku menangis hampir di tiap sesi. Bukan karena kata-kata pengkhotbahnya yang menyentuh atau apa, tapi aku hanya nggak tau kenapa aku menangis. Saat one-to-one ministering, aku menyuarakan segala hal yang ada di hatiku ke Ci Va (dia yang bertugas menjadi Helper-ku =)), dan waktu itu juga aku sadar kalau selama ini aku salah, benar-benar salah telah meragukan keberadaan Tuhan. Gimana pun juga, Tuhan itu selalu ada di sisiku, hanya aja aku yang kurang peka untuk bisa merasakan kehadiranNya. Lalu, soal keinginan "menghilang atau mati" itu adalah dosa yang sangat besar. Aku udah minta ampun sama Tuhan sejak jauh-jauh hari dan aku dihimbau untuk jangan pernah berpikir untuk menghilang lagi, karena Tuhan menciptakanku sedemikian rupa dengan sukarnya, anakNya yang rela mati di kayu salib demi menebus dosa manusia, dan dengan semena-menanya aku ingin menyia-nyiakannya. Betapa hina dan biadabnya aku, kan?

Karena itu aku minta ampun pada Tuhan. Aku berdoa dan berdoa dan menangis lagi. Puncaknya sewaktu doa pelepasan. Ci Va menyuruhku mengeluarkan semua rasa sakit itu, perangi dan jangan menyisakan sedikit pun di dalam hatiku. Secuil pun nggak ada yang boleh melekat. Aku harus bisa mengeluarkan semuanya (Itu pertama kalinya juga aku menangis seheboh itu). Aku harus didoakan berkali-kali supaya hatiku bisa plong dan kebencian itu menguap keluar. Aku juga berkomitmen kalau aku pasti bisa memaafkan dan mengampuni. Sakit hati apapun itu, aku ingin kepahitan itu lenyap, dan berganti dengan perasaan mengasihi. Dan sungguh, itu benar-benar susah. Aku sesenggukkan lagi (waktu itu Ci Va memelukku dan membelai kepalaku, aku benar-benar merasa nyaman karenanya, aku menangis sejadi-jadinya, dan sekarang aku baru sadar kalau sepertinya jaketnya pasti basah gara-gara air mataku =P). Saat itu juga lah aku merasakan kalau Tuhan ikut berada di sebelahku, membelai kepalaku, dan memelukku dengan tangannya yang hangat. Ia menjamah hatiku, membuka mataku, melepaskan rantai kebencian, ketidakrelaan yang menjuntai melilit di hatiku. Dan saat itu juga aku bertobat (kali ini sungguh-sungguh) dan lahir baru.

Nggak ada lagi Lisa yang selalu merasa tertolak. Nggak ada lagi Lisa yang pemarah, super sensitif, berpikiran negatif dan melawan orang tua. Nggak ada lagi Lisa yang selalu punya perasaan ingin menghilang atau mati aja. Semua perasaan-perasaan itu udah keluar bersama dengan kebencian amat sangat yang bersarang di dalam hatiku. Nggak ada lagi iri hati, rasa marah dan kecewa. Semuanya udah mengalir pergi karena aku yakin ada Tuhan di sisiku.

Aku berkomitmen pada Tuhan kalau aku mau mengikutNya. Aku mau dipakai olehNya. Aku mau membuang semua kebiasaan-kebiasaan lamaku dan menjadi manusia yang baru. Aku ingin melayaniNya dan mencintaiNya lebih lagi.

Manusia itu nggak sempurna dan selalu mengecewakan. Tapi Tuhan, aku yakin Tuhan nggak akan pernah meninggalkanku. Dan kata Ci Va, pasti ada sesuatu di balik rencanaNya. Aku gagal dalam Biologiku, pasti ada maksud di balik rencananya itu, hanya aja aku belum bisa menemukan maksudnya sekarang. Mungkin suatu hari nanti. Dan aku datang mengikuti ER itu bukan cuman karena kebetulan. Tapi aku percaya, Tuhan yang memanggilku dan menjamah hatiku. Aku percaya Tuhan benar-benar menyayangiku dan Ia ingin aku merengkuhnya lebih dekat lagi. Ia ingin aku berhenti mengeraskan hatiku dan datang mengikutiNya. Dan hari itu juga, aku benar-benar merasa telah menjadi orang yang baru. Lihat aja wajahku, kalian bakal sadar kalau hari ini aku lebih berseri-seri dari biasanya =D

Thanks to Ci Va, Ci Kim, Ci Jack, Ela, Caroline dan untuk semua orang yang pernah masuk ke dalam kehidupanku. Aku percaya, aku bertemu dengan kalian, bukan cuman karena kebetulan. PASTI ada rencana Tuhan di baliknya. Dan aku sangat bersyukur untuk itu. Aku bersyukur untuk segala hal. Aku masih punya keluarga yang lengkap dan harmonis. Aku punya anggota tubuh yang utuh dan sehat (walau aku agak pendek, tapi Tuhan bakal tetap menyayangiku, kok =P). THANKS GOD! I WANT TO LOVE YOU MORE AND MORE, dan jangan biarkan api ini padam. Aku mau, aku mau ya, aku mau mengikut Tuhan.

(Oh ya, aku ingin sekali memberi kesaksian pada orang-orang banyak supaya mereka percaya Tuhan dan membuka hati mereka untuk dijamah oleh Tuhan. Mungkin mid-sem break nanti aku bakal ke sekolah lamaku dan minta ijin supaya aku bisa sharing pada yang lainnya).

Sharing kali ini berakhir sampai di sini. Aku nggak yakin ada yang membacanya sampai habis, but yea, I try my best to make the shortest summary so you won't be bored when you read this =)

Oh ya, let me share satu ayat alkitab favoritku dan yang membuat hatiku benar-benar merasa tenang ketika mendengarnya. Mungkin ayat ini udah terdengar umum banget, malah entah udah berpuluh-puluh kali kalian dengar. Tapi sungguh, aku juga udah mendengar ayat ini sepuluh kali lebih dan waktu itu barulah aku merasa ayat ini benar-benar menyentuh.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."
Matius 11:28-30

~Asa~

No comments:

Post a Comment