Tuesday, September 6, 2011

Kalau segala sesuatunya mudah...

Bukan hidup namanya kalau segala sesuatu didapatkan dengan mudah dan cuma-cuma. Bukan hidup namanya kalau nggak ada air mata, peluh pengorbanan dan hati yang berdarah. Bukan hidup namanya kalau nggak ada kesusahan, kekesalan dan penyesalan. Bukan hidup namanya kalau selalu senang. Dan bukan hidup namanya kalau kamu nggak hidup di dalamnya.

Sometimes people only can learn in a HARD way, so that they can understand that life is actually not as beautiful as it seems. And here I am. Terkadang aku memang harus mendapat pelajaran seberat ini supaya aku bisa keluar dari dunia inosenku dan mulai mengenal betapa kerasnya dunia luar, karena dunia yang kutempati selama ini begitu nyaman, aku jadi lupa bagaimana kejamnya dunia di luar sana.

Saat aku menginjakkan kakiku ke dunia di luar sana, aku masih saja menganggap dunia itu adalah duniaku yang biasanya. Aku lupa kalau dunia di luar sana itu begitu kotor, kejam dan nggak kenal belas kasihan. Aku benar-benar lupa akan itu. Jadi dengan naifnya aku menginjakkan kakiku, mulai berjalan dengan meraba-raba sampai akhirnya aku menginjak ranjau dan terjerumus ke lubang yang paling dalam.

Awalnya aku nggak tau bagaimana caranya bangkit. Aku tersesat karena sekitarku gelap gurita. Aku menggigil, menangis dan beteriak minta tolong dalam kesendirianku. Kemudian aku mendengar suara dari atas. Suara itu memberitauku satu-satunya jalan keluar dari lubang itu hanyalah dengan cara menangkap dan menjerumuskan orang lain ke lubang yang sama dengan lubang yang memperangkapku sekarang ini. Lalu memakai mereka sebagai pijakanku untuk kemudian mendaki ke atas.

Biar kutegaskan, suara siapapun yang kudengar itu, it was absolutely not a good idea.  Memakai orang lain untuk memanjat naik? Menjebak orang lain dan menjerumuskan mereka ke lubang yang sama? Hanya supaya kamu bisa mendaki naik dari lubang kebodohanmu sendiri? Itu mencelakai orang lain. Dan MANUSIA mana yang tega melakukan hal seperti itu? Tolong beritau aku, siapa yang mampu mencelakai orang lain hanya untuk kepentingan pribadi?

If those kinds of people do exist in this world, maaf, berarti aku dan orang itu jelas beda total dalam prinsip hidup. Ini bukan soal mana yang benar dan mana yang salah. Tapi ini soal nilai kemanusiaan. Mungkin kalian benar, hidup itu kotor, you should stab others' back first instead of being stabbed by others. Mungkin aku memang terlalu polos, atau lebih tepatnya IDIOT, tapi sungguh aku nggak akan bisa melakukan hal seperti itu. Aku nggak bisa menusuk orang lain dari belakang apalagi orang-orang yang aku kenal dan yang dekat denganku. Aku NGGAK akan sanggup. Tindakan non-manusiawi seperti itu cuman bakal terjadi kalau aku tanpa sadar kepalaku terbentur benda tumpul dan aku mendadak kehilangan akal. I won't behave like animal, trust me. Karena menurutku, mencelakai orang lain demi keuntungan pribadi adalah dosa yang benar-benar besar. Aku nggak akan sanggup menanggung dosa itu sendirian.

So I decided to quit. Who says a quitter always be a loser? In this case, I am not a loser. Aku lebih memilih tetap tinggal di dalam lubang dan menangis sendirian daripada harus menjerumuskan orang lain ke dalamnya supaya aku bisa memanjat naik. Aku lebih memilih cara yang lebih baik, untuk berusaha keras memanjat naik dan berhenti mempermainkan orang lain. Aku punya cara yang lebih baik, jelas. Karena belakangan aku sadar, aku nggak sendirian.

Because God is always with me. No matter how hard the situation is. 

Aku belajar banyak dari masalah ini. It's like a blessing in disguise. Mungkin benar gara-gara ini aku depresi berat dan hatiku terluka parah, tapi karena masalah ini juga aku jadi lebih dekat lagi sama Tuhan. And I learned a valuable lesson about this life.

PS:
I believe, the choice is mine. Not anyone else. Not yours. Not hers. Not his. It's mine. Yes it's mine.

~Asa~

No comments:

Post a Comment